Pengarang :
Neni Jahar
Jumlah Halaman :
212 halaman
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Gea, bernama lengkapnya Rigea Denisa. Gea baru saja
menempati rumah barunya. Ia tinggal hanya dengan adik dan ibunya. Ayahnya telah
meninggal 6 tahun sebelumnya. Ia mengalami hal-hal tidak wajar ketika tinggal
di rumah barunya. Ia bertemu dengan orang yang seperti sudah lama mengenalnya.
Gea merupakan gadis yang pintar, cuek, pendiam, dan kurang suka bergaul dengan
orang-orang baru. Termasuk pada saat ia bersekolah di SMA Arthural di kelas XII
IPA 2. Banyak hal yang membuatnya terpaksa membaur, hingga dia pun menemukan
sahabat-sahabat lamanya.
Ryu, ia merupakan salah seorang sahabat Gea ketika di
SMA. Ryu adalah seorang yang dingin, sengat kaku, namun memikat banyak
perempuan. Hampir seantero sekolah mendambakannya. Tak luput karena posisi
pentingnya sebagai ketua klub fotografi di Arthural. Dan Ryu terkenal dengan
predikat lelaki yang punya paling banyak mantan pacar di Arthural. Bukan
seorang playboy seutuhnya, namun karena nggak enak hati nolak cewek—ia nggak pernah
nembak cewe, malah diuber terus. Sikap cueknya, terkhusus ke cewek
adalah karena Ryu benar-benar menyimpan kekecewaan akan dirinya sendiri
terhadap Gea
Dan
ada tetangga rumah sekaligus tetangga bangku Gea, Abel. Cowok ganteng, tapi
cerewet. Enak dijadikan teman cerita dan dia juga agak mirip ama Ryu, dia
terkenal di Arthural. Punya pacar mantan anak Arthural juga yang sekarang
sekolah di SMA Tri Harapan. Abel ikut klub musik, dia jago banget main biola.
Dan ternyata, Abel menyimpan perasaan lain ke Gea. Dan Abel pun melakukan
pernyataan cinta kepada Gea dengan cara yang sangat istimewa. Dia sangat
romantis, tapi juga emosional.
Ada
juga seorang cewek centil yang bernama Tina. Cantik, terkenal, tapi galak juga.
Maklum, dia adalah ketua cheers. Kalau sama orang lain dia terkesan
semena-mena, tapi kalau sama Gea, dia lain 1800, amat sangat baik.
Tina sangat dekat dengan Ryu, karena Tina, Ryu, dan Gea adalah sahabat kecil.
Namun, Tina dan Ryu terkesan sembunyi-sembunyi dengan persahabatan mereka di
sekolah. Maka dari itu tak ada yang mengetahui persahabatan Ryu dan Tina,
karena notabene mereka sangat bertolak belakang. Tina yang centil dan Ryu yang
dingin.
Serta
2 orang yang berperan sangat penting dalam kehidupan Gea, mereka adalah Mama
dan adiknya, Dea. Mama Gea adalah seorang wanita yang sangat luar biasa,
sebagai orang tua tunggal ia pintar membagi waktu. Waktu untuk anak-anaknya dan
pekerjaannya. Dea, ia tak pernah malihat sosok ayah. Ketika ayahnya meninggal,
ia masih berada dalam kandungan. Maka dari itu, Gea sangat manyayangi adik
sematawayangnya itu. Walaupun terkadang muncul pertanyaan dari Dea mengenai
sosok ayah yang membuat Gea merasa sangat kasihan dan sangat sedih.
Cerita
berawal ketika Gea dan keluarganya pindah ke rumah barunya. Gea baru saja pindahan ke
rumah baru bersama keluarganya yang baru 2 tahun ini kembali ke Indonesia
setelah berapa lama tinggal di Jepang. Gea hidup bersama ibu dan adiknya,
ayahnya telah meninggal 6 tahun lalu karena kecelakaan. Di hari pertama
kedatangannya ke rumah baru itu, ia menemukan banyak kejanggalan.
Ada
penjaga swalayan yang seperti telah mengenalnya dan juga lelaki yang
membantunya memunguti belanjaan yang jatuh lalu tiba-tiba bingung ketika
menatapnya. Dan tiap malam ia mendengar alunan biola dengan lagu yang tidak
lagi asing di telinganya. Juga ada beberapa surat yang dikirimkan padanya tanpa
menuliskan siapa pengirimya. Dan surat-surat itu isinya sama, puisi dengan
permintaan maaf.
Bersekolah
di tempat yang baru, dengan teman baru, dan semua keadaan yang baru ternyata
bukan hal yang mudah bagi Gea. Di SMA Arthural, kelas XII IPA 2, ia yang
pendiam, harus pandai beradaptasi. Namun teman-teman yang mendukung,
mempermudah hal itu. Ada Abel yang merupakan tetangga bangkunya sekaligus
tetangga rumahnya yang sangat dikenal di seantero sekolah, Ryu si Ketua klub
fotografi dengan catatan mantan bejubel—bahkan cowok dengan mantan terbanyak di
sekolah—, Tina si leader cheers, Vira teman di BRAIN, dan masih banyak lagi
teman-teman lainnya.
Dan
saat SMA Arthural mengadakan study tour, Gea mendapat beberapa masalah berat.
Dari yang dibilang Gea ngedeketin Ryu sama Disti yang notabene cuma mantan Ryu
dan dibilang ngerebut Abel dari Riana Cuma karena mereka dekat. Ajaibnya gosip
itu tersebar sangat cepat, sampai Gea dibully sama anteknya Riana. Dan karena
itu, Tina, melabrak Abel dan mendengar itu Abel langsung melabrak keempat antek
Riana.
Hingga
Gea ditembak oleh Abel di tengah lapangan tenis dengan pengeras suara dan
dengan backsound alunan biola dengan disaksikan murid satu sekolah. Dan
Tiba-tiba tangannya ditarik oleh Tina dan dibawa pergi sebelum Gea menjawabnya,
dan Tina pun berkata bahwa Abel tidak pantas untuknya. Masih karena masalah
pembullyan yang dilakukan oleh antek Riana.
Dan
saat pelajaran Bahasa Indonesia, ketika Gea diperintahkan untuk menceritakan
pengalamannya, ia mendadak lemas dan tidak dapat mengingat apapun. Ia kalut dan
menangis. Ryu lah yang membantunya keluar dari situasi yang tidak mengenakkan
itu. Dan sesampainya di rumah, ia menanyakan mengenai kejadian itu kepada sang
bunda. Dan jawaban yang didapatkan sangat mengagetkannya, 6 tahun lalu ia
mengalami amnesia bersamaan dengan kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya.
Tak
berapa lama dari kejadian itu, ketika ia akan mengambil agendanya yang
tertinggal di ruang fotografi, ia tertarik dengan agenda di dekat agendanya. Ia
menemukan puisi yang sama dengan yang diterimanya dari surat kaleng itu dan
lebih parahnya lagi, ia menemukan banyak foto-fotonya di agenda yang dipegangnya saat ini, agenda
milik Ryu.
Wajah
Ryu nampak sangat kaget akan apa yang dilihatnya. Ia pun tak kuasa membendung
amarahnya, ia mengusir Gea. Dan beberapa hari setelah itu, sebelum ujian
praktek, Ryu nampak tidak berangkat sekolah. Gea pun menjenguknya. Setiba di
rumah Ryu, Gea sengaja menyelinap ke kamar Ryu. Di sana ia juga menemukan foto
yang sama dengan yang ada di agenda Ryu. Dan yang lebih mengejutkan, ia melihat
sebuah foto nyang terpampang sangat besar, foto 2 orang anak yang tidak asing
olehnya, dia dan Ryu. Ia sangat terkejut dan berhambur keluar dari rumah Ryu
tanpa berpamitan kepada pembantu Ryu.
Setelah
ujian praktek usai, ia berbelanja ke swalayan yang pernah dikunjunginya dulu.
Satu fakta yang mengejutkan, penjaga swalayan—Pak Diman—mengungkap mengenai
masa lalunya, ia pun tambah terkejut. Dan saat perjalanan pulang, ia tak
memperhatikan jalan. Terdengar bunyi klakson, namun ia tak kuasa menolak. Ia
pun jatuh tertabrak.
Setelah
apa yang dialaminya itu, ia dapat mengingat semua memori lamanya. Ia pun
menjadi sangat benci kepada Tina dan khususnya Ryu yang telah menutupi semua
ini darinya. Karena mereka adalah teman kecil Gea. Hal ini, membuat Gea dan
kedua temannya itu menjadi tidak akur lagi.
Namun,
belakangan dia tahu, Ryu menjadi sebeku “gunung es” karena rasa bersalah di
masa lalunya. Ia merasa menjadi penyebeb ketidakutuhan keluarga Gea. Karena
pada saat kecelakaan, Gea dan Ayahnya sedang dalam perjalanan mengantarkan Ryu
menuju resital alias konser biola. Dan Tina pun bercerita bahwa yang membuat
mantan Ryu bejubel adalah, ia tidak peduli berapa banyak cewek yang diterimanya
menjadi pacar dan ia pun tak pernah mengambil pusing ketika diputusin, karena
yang ada di kepalanya hanyalah rasa bersalah kepada seorang perempuan yang
keluarganya menjadi engga utuh lagi karena dia.
Dan
pada hari terakhir di SMA, Gea pun dengan bujukan Tina mendatangi Ryu yang
terdiam di kelas. Ia mencoba menyadarkan Ryu bahwa kematian ayahnya bukan karna
Ryu. Itu memang sudah jalannya. Dan pada saat itu, Gea mengetahui bahwa Ryu
akan kuliah di Cina. Tinggal bersama keluarganya. Gea terlalu gengsi untuk
mengucapkan “Jangan Pergi!” kepada Ryu. Hanya besok lah hari terakhir Ryu di
Indonesia. Namun, besok Gea harus mengikuti Olimpiade MIPA sehingga tidak
dapoat menemui Ryu di pameran fotografi.
Saat
mengerjakan soal Olimpiade, ia tak lagi fokus. Fikirannya sudah melayang
kemana-mana. Namun ia mempercepat pengerjaan soal. Dan satu jam pun semua soal
telah selesai, ia bergegas menaiki taksi menuju tempat pameran. Di sana ia tak
menemukan Tina maupun Ryu. Merasa lelah, ia pun duduk lemas. Dan ia mendengar
sebuah suara yang ia kenal, suara Ryu. Ia pun lega, karena ia masih bisa
bertemu Ryu. Dan satu yang lebih membahagiakannya. Ryu bukan belum berangkat ke
bandara, tetapi ia memang tidak jadi ke China.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar